Cara Laut Memperbaiki Dirinya Sendiri Saat Pandemi
By: Hurrun In Ni'mah (Dept. Keilmuan)
Ketika pandemi
Covid-19 sedang marak-maraknya pasti memiliki dampak negatif bagi masyarakat. Tetapi dilain sisi, disaat kondisi pandemi ini memberi
dampak positif bagi keadaan alam kita seperti laut contohnya (Geist &
Hawkins, 2016). Sebelum pandemi kondisi kesehatan laut Indonesia sangat memprihatinkan
menurut Indeks Kesehatan Laut atau Ocean Health Index yang dikembangkan oleh National Center for Ecological Analysis and Synthesis (NCEAS)
dan Conservation International bahwa Indonesia menduduki ke 137 dari 221
peringkat kesehatan laut negara pada 2018.(Home :
Ocean Health Index, n.d.). Nilai kesehatan laut dunia dengan
minimal 71 % sedangkan kondisi kesehatan laut Indonesia memiliki nilai total 65
dari skala 100. Karena berkurangnya
aktivas masyarakat yang melakukan isolasi mandiri menjadi pemutus rantai
penyebaran covid 19 sehingga memberi waktu terhadap laut untuk beristirahat
sementara waktu atau memulihkan diri secara alami sehingga secara perlahan
kondisi laut Indonesia menjadi baik.
Selama pandemi
Covid ini area objek wisata air tidak lagi ramai oleh pengunjung wisatawan sehingga hal ini berdampak
positif untuk kondisi laut dan ekosistem didalamnya. Tidak adanya wisatawan
membuat populasi sampah dilaut berkurang yang biasanya dihasilkan saat
berwisata. Kondisi ini pun mengurangi polusi suara atau kebisingan akibat
kapal-kapal yang mengangkut wisatawan.
Seperti contoh lainya yakni kehadiran paus pembunuh atau Orca (Orcinus orca) di perairan Samber, Kabupaten Biak Numfor di Utara Pulau Papua hal ini sangat langkah terjadi.Seperti yang kita ketahui jika mamalia ini tidak dapat hidup diperairan tropis melaikan diperiaran yang dingin. Kemudian warga sekitar menanayakan kepada Bu Susi Pudjiastusi melalui akun twitter “Apakah Pasus Orca dapat hidup diperairan Tropis?” setelah itu Bu Susimenjawab bahwa bisa saja Paus Orca hidup diwilayah perairan tropis jika kondisi lingkungan memungkinkan dan terdapat banyak makanan yang dapat memenuhi kebutuhan paus Orca. Memang benar Paus Orca biasanya berada di perairan dingin namun seaworld.org mengutip bahwa paus ini memiliki habitat dan persebaran distribusi yang luas. Paus Orca masuk kedalam spesies terbesar dari famili lumba-lumba yang hampir ditemukan diseluruh wilayah perairan dunia. Secara geografis paus ini memang sering dijumpai diperiaran Atlantis dan Pasifik, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa paus ini dapat terlihat diperairan hangat seperti Australia, Hawaii, Teluk Meksiko, dan Floridina. Adapula peneliti Michelle Fournet yang berasal dari Cornell University di Amerika Serikat dia menyatakan selama pandemi ini terjadi pengurangan drastis pada polusi suara dari kapal yang berlalu lalang yang menggangu aktivitas paus yang berada di laut. Hal ini membuat paus kembali beraktivitas menjelajahi laut yang biasanya padat akan wisatawan dan pelayar.
Sebelum pandemi
banyaknya emisi karbon dari kapal yang berlayar mengakibatkan laut memanas akibat kenaikan suhu temperatur dibumi sehingga gas
karobondioksiba (CO2) , nitrogen dioksida (N1O), metana (CH4), dan freon
diatmosfer meningkat(Rolland et al., 2012). Hal ini menyebabkan tingkat keasaman laut menjadi tinggi sehingga
terumbu karang terancam mengalami pemutihan yang menyebabkan kerusakan pada
terumbu karang dan makhluk hidup atau biota laut lainnya mulai terancam.
Pernyataan diatas sesuai dengan hasil konservasi salah satu ahli karang
diMalaysia yang merupakan pendiri CEO Ocean Quest Global mengatakan bahwa
diPantai Maya Bay terumbu karang disana mulai pulih akibat tidak adanya
kunjungan turis dipantai tersebut. Keadaan ini menjadikan efek yang paling
terasa sejak pandemi ini yakni pengurangan polusi udara. Seperti yang kita tau
bahwa perubahan iklim terjadi akibat adanya kenaikan konsetrasi karbondiokasida
di atmosfer yang menyebabkan global warming. (Le Quéré et al., 2020)
Terumbu karang
merupakan salah satu penyangga utama ekosistem laut. Menurut (Auhara, 2013)tentang pelanggaran mengkonsumsi ikan kakatua, dikarenakan ikan ini
berperan penting untuk menjaga pertumbuhan dan keindahan terumbu karang. Dalam
jurnal yang saya baca menyatakan bahwa ikan kakatua ini memakan karang dan alga
yang sudah mati. Secara tidak langsung ikan ini berperan dalam membersihkan
karang mati. Ikan ini mencerna karang dengan cara menggiling kemudian
dikeluarkan dalam bentuk pasir yang nantinya pasir tersebut diangkut kepinggir
pantai. Karena banyaknya nelayan yang memburu ikan kakatua ini untuk dikonsumsi
menyebabkan penurunan populasi ikan kakatua, sehingga proses daur ulang pada
terumbu karang tidak maksimal dan menyebabkan terumbu karang ditutupi oleh
alga.
Pada hari laut
yang diperingati oleh lembaga Konservasi Internasional mereka menyatakan bahwa
tahun ini di Raja Ampat terumbu karang dan megafauna dapat tumbuh dengan baik dan
beristirahat semasa pandemi Covid-19. Menurut Gita dalam siaran Talkshownya
menyatakan bahwa perairan Raja Ampat saat ini menjadi lebih bersih, lalu jumlah
ikan yang biasanya sedikit sekarang mulai meningkat dan terlihat. Hal ini
disebabkan karena berkurangnya wisatawan yang melakukan diving atau snorkeling.
Untuk
mempertahankan kondisi ini maka kita harus menjaga laut kita dengan beberapa upaya atau tindakan kecil yang dilakukan terus-menerus sehingga
dapat berdampak besar pada perubahan yang lebih baik untuk alam semesta ini.
1. Membawa kantong belanja dan botol
minum sendiri
Seperti yang
kita tau bahwa sampah merupakan musuh terbesar alam, apalagi sampah plastik
yang sangat sulit terurai dan mengotori pemukaan bumi, hal ini dapat
menyebabkan ekosistem darat dan laut mengalami kerusakan. Maka dari itu membawa
kantong belanja dan botol sendiri merupakan suatu tindakan dalam mengurangi sampah
plastik.
2. Tidak mengkonsumsi dan memelihara
hewan yang dilarang
Tentu saja
hewan-hewan laut yang dilarang pastinya berpengaruh penting dalam keseimbangan ekositem
laut. Pastinya kita harus aktif dalam mencari tau mana hewan yang boleh
dikonsumsi dan mana hewan yang dilarang atau dilindungi.
3. Tidak menggunakan alat tangkap
ilegal
Pastinya jika
kita hendak menangkap ikan wajib menggunakan alat penangkap yang tidak
merugikan ekositem laut dan makhluk yang hidup dilautan, seharusnya kita
menggunakan alat penangkap yang ramah lingkungan.
4. Ikut memelihara dan menjaga
kebersihan laut
Sewaktu kita
berwisata kepantai alangkah baiknya kita juga menjaga lingkungannya dengan
tidak membuang sampah sembarangan, disaat snorkeling atau diving tidak
menyentuh tumbuhan ataupun merusak karang.
Pasti kita
tidak mau kan jika keindahan laut kita tercemar oleh pemandangan sampah yang
berserakan maka dari itu kita wajib menjaga kelestarian laut Indonesia serta
perlindungan laut.
Salam lestari, Salam konservasi.
Daftar Referensi
:
Auhara,
L. (2013). DAMPAK ILLEGAL LOGGING TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM SATWA YANG
DILINDUNGI. In LEX ADMINISTRATUM (Vol. 1, Issue 1).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/administratum/article/view/1039
Geist,
J., & Hawkins, S. J. (2016). Habitat recovery and restoration in aquatic
ecosystems: current progress and future challenges. In Aquatic Conservation:
Marine and Freshwater Ecosystems (Vol. 26, Issue 5, pp. 942–962). John
Wiley and Sons Ltd. https://doi.org/10.1002/aqc.2702
Home :
Ocean Health Index. (n.d.). Retrieved October 14, 2020, from
http://www.oceanhealthindex.org/
Le
Quéré, C., Jackson, R. B., Jones, M. W., Smith, A. J. P., Abernethy, S.,
Andrew, R. M., De-Gol, A. J., Willis, D. R., Shan, Y., Canadell, J. G.,
Friedlingstein, P., Creutzig, F., & Peters, G. P. (2020). Temporary
reduction in daily global CO2 emissions during the COVID-19 forced confinement.
Nature Climate Change, 10(7), 647–653.
https://doi.org/10.1038/s41558-020-0797-x
Rolland,
R. M., Parks, S. E., Hunt, K. E., Castellote, M., Corkeron, P. J., Nowacek, D.
P., Wasser, S. K., & Kraus, S. D. (2012). Evidence that ship noise
increases stress in right whales. Proceedings of the Royal Society B:
Biological Sciences, 279(1737), 2363–2368. https://doi.org/10.1098/rspb.2011.2429
https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1356-menjaga-laut
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/05/10/indonesia-surga-terumbu-karang-dunia
https://beritabeta.com/news/iptek/si-cantik-kakatua-jangan-dimakan-ini-kata-peneliti/
Sumber gambar:
https://akurat.co/id-24790-read-pantai-gunung-kidul-ramai-pengunjung-saat-nyepi
https://www.wowkeren.com/berita/tampil/00228196.html
https://kumparan.com/encylovepedia-sains/10-fakta-menarik-tentang-paus-pembunuh-21dM5TYitY
https://www.gatra.com/detail/news/436318/lifestyle/gelombang-panas-percepat-kerusakan-terumbu-karang
https://beritabeta.com/news/iptek/si-cantik-kakatua-jangan-dimakan-ini-kata-peneliti/
https://www.yukpiknik.com/destinasi/pantai-di-raja-ampat/
Komentar
Posting Komentar